Kompas | Senin, 21 Maret 2011 | 21:32 WIB
BOYOLALI, KOMPAS.com -
Pemerintah Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, terus mengembangkan jenis
padi organik, karena selain berasnya berkualitas, juga lebih tahan hama
wereng batang coklat.
"Pengembangan produk pertanian padi
organik menjadi perhatian Pemkab Boyolali, saat ini, dikembangkan di dua
desa, yakni Catur, Kecamatan Sambi dan Dlingo, Mojosongo," kata
penggiat pertanian Aris Purwanto, Senin (21/3/2011).
Selain
pangsa pasar yang semakin terbuka, varietas organik ternyata lebih tahan
penyakit seperti wereng batang coklat, dan rasanya lebih pulen dan
tidak mudah basi.
Pengembangan produk pertanian organik yang
baru dikembangkan dua desa di Boyolali tersebut terus akan diperluas.
Produksi beras organik di Boyolali, saat ini, mencapai 80 hektare, dan
rata rata sekitar 6,5 ton gabah kering panen (GKP) per hektar.
Pemasaran beras organik baru melayani kebutuhan lokal di seluruh Jawa,
sedangkan pasar ekspor masih menunggu sertifikasi Standar Nasional
Indonesia (SNI).
Menurut dia, kelebihan lain beras organik,
harganya sangat kompetitif dibanding dengan beras sejenis non organik,
dan dapat mencapai selisih Rp 500 per kilogram.
"Sehingga, beras
organik akan menguntungkan bagi petani, dan juga meringankan beban
biaya produksi khususnya pestisida," katanya.
Menurut Anggota
DPRD Boyolali Tugiman B, Semita, beras organik di daerah Boyolali sudah
berkembang sejak 2007. Tetapi, pemasarannya belum menembus kelas ekspor,
melainkan masih lokal.
Hal tersebut, menjadi tantangan bagi pemkab untuk dapat nembus ke luar negeri sebagai komoditas pangan higienis.
Menurut dia, pemeliharaan padi organik ini masih sebatas manual, yakni belum memanfaatkan mesin untuk mengolah pupuk organik.
Oleh karena itu, pihaknya berharap pemkab dapat memberikan fasilitas
kepada petani mengembangkan pupuk organik. Sehingga, petani ke depan
dapat memproduksi pupuk ramah lingkungan tersebut skala besar.
Bupati Boyolali Seno Samodro menyambut positif rencana pengembangan padi
organik di Boyolali. Dukungan itu, ditunjukkan dengan perluasan lahan
pertanian organik di dua desa tersebut.
Bupati mengakui merubah
paradigma petani untuk menanam padi organik bukan hal yang mudah, tetapi
pemkab akan gencar melakukan sosialisasi.
Sumber :
ANT
Editor :
Benny N Joewono
Tidak ada komentar:
Posting Komentar